5
Cara Membekam Yang Efektif
Seseorang yang akan membekam pasien harus
mempersiapkan dirinya sendiri agar jangan sampai terjadi “malpraktek bekam yang disebabkan oleh “human error”
dikarenakan kelalaian dan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan seluk
beluk bekam itu sendiri. Adapun bentuk persiapannya adalah sebagai berikut :
Meningkatkan ketaqwaan kepada Allah
Subhaanahu wata’ala dengan senantiasa mengikuti majelis ilmu, mempelajari
aqidah dan tauhid, akhlak, adab, fiqih serta ilmu-ilmu yang bermanfaat untuk
dirinya. Mengikhlaskan keyakinan bahwa kesembuhan hanyalah milik Allah
Subhaanahu wata’ala.
Mempelajari cara mendiagnosis
penyakit dan patofisiologisnya (penyebab, mekanisme, kemungkinan terapi, dan
efek yang mungkin akan timbul akibat penyakit tersebut) serta mempelajari
prosedur sterilisasi peralatan yang akan digunakan.
Mempelajari ilmu bekam (hijamah)
secara professional.
Menjaga kesehatan, berwudhu dan
berdo’a jika akan membekam.
Mempersiapkan peralatan dan sarana
yang diperlukan untuk bekam.
Untuk memperoleh hasil bekam yang
maksimal maka diperlukan langkah-langkah sistematis agar bi idznillah
didapatkan kesembuhan yang lebih baik:
LANGKAH PERTAMA : MENDATA PASIEN DAN
MELAKUKAN ANAMNESIS (WAWANCARA)
Catatan data pasien sangatlah
penting untuk merekam identitas, diagnosis penyakit, terapi yang sudah
diberikan serta mengetahui perkembangan penyakitnya. Data yang perlu dicatat
antara lain adalah :
Identitas pasien, meliputi : Nama
lengkap, umur, jenis kelamin, alamat dan status perkawinan.
Identitas keluarga, meliputi :
kedudukan dalam keluarga, pekerjaan dan alamat tinggal. Beberapa penyakit
berkaitan erat dengan pekerjaan/lokasi pemukiman.
Buatlah data pasien tersebut dalam
suatu kertas khusus (status pasien) dan Register Pasien yang ditempatkan di rak
agar memudahkan apabila pasien tersebut control atau melanjutkan terapi.
Buatlah kartu dan nomor registrasi pasien sehingga dapat tertata dengan baik.
Tujuan melakukan anamnesis
(wawancara) adalah untuk mengetahui maksud pasien berobat, serta mendalami
penyakit dan keluhan yang dialami. Anamnesis yang benar dan lengkap sudah dapat
mendiagnosis penyakit sampai 80 %. Apa saja yang kita tanyakan ?
Keluhan utama, yakni keluhan yang
menyebabkan seseorang berobat untuk dibekam. Misalnya sakit kepala,
Keluhan tambahan (keluhan penyerta),
yakni keluhan lain yang mengiringi keluhan utama tersebut, seperti keluhan
sakit kepala tersebut disertai kaku di leher, mata kabur dan sebagainya.
Riwayat penyakit dahulu, yakni
penyakit yang masih berkaitan dengan keluhan sekarang, seperti 2 tahun yang
lalu pernah jatuh dan kepala terbentur, atau keluhan sakit kepala serupa
disertai dengan hipertensi, dan lain-lain. Begitu juga riwayat alergi dan
penyakit-penyakit yang diturunkan seperti diabetes juga ditanyakan.
LANGKAH KEDUA : MELAKUKAN
PEMERIKSAAN DAN MENENTUKAN DIAGNOSA PENYAKIT
Pemeriksaan ini berguna untuk
membuktikan apa yang dikeluhkan pasien tersebut sesuai dengan kelainan fisik
yang ada. Adakalanya pasien mengeluhkan sesuatu tetapi tidak ditemukan kelainan
fisik apapun dan begitu juga sebaliknya. Pemeriksaan fisik tersebut adalah
sebagai berikut :
Pemeriksaan Umum, meliputi : tekanan
darah, nadi, temperatur tubuh, pernafasan, lidah iris (iridology), telapak
tangan (palmistry) dan lain-lain. Yang terpenting adalah bisa mengetahui
penyakitnya, boleh dengan cara diagnosis medis maupun secara tradisional atau
gabungan keduanya.
Inspeksi (Pengamatan), pendengaran
dan penciuman dari organ yang dikeluhkan pasien. Perhatikan perubahan warna
kulit, bentuk, tekstur atau perubahan lainnya yang kasat mata. Amati pula
ekspresi wajah, bentuk dan sikap serta cara berjalan pasien.
Palpasi (Perabaan, penekanan) atau
perkusi (pengetukan) disekitar tubuh yang mengalami keluhan. Periksalah apakah
terdapat benjolan keras/lunak, atau dengan penekanan apabila terasa sakit
menunjukan penyakitnya termasuk hiper (kelebihan fungsi) dan jika dengan
penekanan pasien merasa enak berarti penyakitnya termasuk hipo (kekurangan
fungsi). Begitu juga dengan pengetukan pada organ apakah terjadi perubahan,
seperti paru-paru yang seharusnya berbunyi sonor, pada kondisi tertentu berubah
menjadi pekak karena terdapat tumor paru-paru. Terkadang kita perlu
menggerakkan bagian tubuh yang sakit, apakah terdapat keterbatasan gerak pada
tangan/kaki, kekakuan, nyeri ketika digerakkan dan lain-lain.
Auskultasi, yakni pemeriksaan dengan
menggunakan stetoskop untuk mengetahui adanya kelainan pada rongga dada
(jantung dan paru-paru) serta rongga perut (lambung, usus, dll).
Jika diperlukan lakukanlah
pemeriksaan penunjang, seperti laboratorium darah, urin dan tinja, rontgen
(radiologi), EKG, CT-Scan, MRI dan sebagainya.
Setelah diketahui keluhannya melalui
anamnesis dan telah dilakukan pemeriksaan maka dapat diambil kesimpulan
mengenai penyakit yang dialami oleh pasien (diagnosa). Diagnosa penyakit ini
sebagai modal dasar untuk menentukan langkah selanjutnya mengenai jenis terapi
apa yang cocok dilakukan, titik bekam mana yang akan dipilih serta herbal
penunjang apa yang memang diperlukan.
Dalam menentukan titik bekam
terdapat beberapa versi (madzhab) ada yang berdasarkan lokasi keluhan,
berdasarkan titik akupuntur dan ada yang mendasarkan pada anatomi dan
patofisiologi organ yang bermasalah. Sampai sekarang belum ditemukan kata
sepakat diantara beberapa madzhab tersebut, penulis sendiri bermadzhab pada
titik bekam yang didasarkan pada anatomi dan patofisiologi organ yang
bermasalah.
Dalam memilih titik bekam ini, maka
tidak perlu memakai banyak titik. Sebab titik bekam yang banyak belum tentu
lebih baik dan efektif dibanduingkan dengan satu titik. Selain itu banyak titik
akan menimbulkan rasa sakit yang lebih banyak. Kami menyarankan untuk
membatasinya maksimal sampai 7 titik.
Ada sekitar 12 titik utama yang
disebutkan dalam hadits (disebut titik bekam nabi), selebihnya merupakan
pengembangan dari itu. Diantaranya adalah Titik di kepala (Ummu Mughits,
Qomahduwah, Yafukh, Hammah, dzuqn, udzun), Leher dan punggung (Kaahil,
al-akhda’ain, alkatifain, naqroh,munkib), kaki (Wirk, Fakhd, Zhohrul qodam,
iltiwa’) dan lain sebagainya. (Keterangan : penjelasan letak titik bekam dan
fungsinya masing-masing InsyaAllah akan kami jelaskan pada edisi yang akan
datang)
Beberapa titik yang terlarang untuk
dilakukan bekam adalah : (a). Pusat kelenjar limfa atau getah bening di leher
samping bawah telinga kanan dan kiri (limfonodi servikalis), di ketiak kanan
dan kiri (limfonodi axillaris), dan dilipatan selangkangan kanan dan kiri
(limfonodi inguinalis), (b). Otak kecil bagian bawah (akhir tengkorak belakang
bagian bawah), (c). leher depan di bagian tenggorokan. (d). ulu hati (e). lubang
alami seperti pusar, dubur, putting payudara, telinga, dll (f). lutut belakang,
depan dan samping (g).terlalu dekat dengan mata (h). perut dan pinggang wanita
hamil (i).tepat pada varises, tumor/kanker, dan bagian yang bengkak pada kasus
gout/asam urat.
LANGKAH KEEMPAT : MEMPERSIAPKAN
PERALATAN DAN PASIEN
1. Mempersiapkan peralatan bekam dan
ruangan
Yang paling utama adalah menyiapkan
agar alat-alat yang digunakan bisa steril mengingat banyak penyakit yang
dimungkinkan untuk menular melalui perantaraan alat BEKAM seperti pasien hepatitis dan HIV-AIDS.
Alat yang digunakan adalah :
kop/gelas bekam dan handpump (pompa), pisau bedah, bisturi, skapel, klem, kain
duk, sarung tangan, masker wajah,mangkok/cawan, nampan, tempat sampah, meja,
kursi dan bed periksa. Jika memungkinkan diusahakan memiliki tabung oksigen
untuk mengantisipasi apabila terjadi pingsan/syok.
Bahan yang digunakan adalah : kassa
steril, iodine,desinfektan, larutan H2O2, minyak zaitun dan minyak
habbatussauda’.
Untuk mensterilkan alat-alat yang
digunakan tersebut maka setelah dicuci dan dibersihkan lalu dimasukkan kedalam
sterilisator. Yang umum digunakan adalah dengan teknologi pemanasan dan ozone.
Pisau bedah, sarung tangan, masker
wajah hanya boleh digunakan sekali pakai, setelah selesai satu pasien maka
langsung dibuang.
Ruangan harus bersih, cukup
penerangan, cukup ventilasi dan aliran udara serta tidak pengap. Dilarang
menggunakan kipas angin di ruangan pada saat dilakukan bekam. Jangan melakukan
bekam di tempat terbuka, tempat yang berdebu atau persis dibawah blower AC.
Tidak boleh menggunakan jarum,
silet, gelas minum/bekas botol, tanduk, tissue dan kain lap untup melakukan
bekam. Walaupun tampak bersih namun peralatan tersebut bukan merupakan
peralatan standar medis untuk suatu tindakan bedah minor seperti bekam.
Disarankan setiap pasien memiliki
kop bekam sendiri. Bagi penderita HIV-AIDS (ODHA), hepatitis (sakit kuning),
pecandu narkoba dan penyakit menular lainnya wajib memiliki peralatan bekam
sendiri dan tidak boleh digunakan pasien lain walaupun sudah disterilkan.
2. Mempersiapkan pasien
Pasien perlu dipersiapkan terlebih
dahulu baik secara fisik maupun mental. Pasien perlu mendapatkan penjelasan
mengenai dasar pengobatan bekam (hijamah) sebagai tehnik pengobatan yang
dituntunkan Rosulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam, cara membekam, manfaat,
efek samping yang mungkin terjadi baik ketika sedang dibekam maupun setelahnya,
kontraindikasi (pantangan) bekam, serta proses kesembuhan dan yang lainnya.
Pasien diberikan support agar tidak
gelisah dan takut terutama bagi yang baru pertama kali dibekam. Berikanlah
penjelasan bahwa bekam tidaklah sakit dan agar lebih tenang bimbinglah ia agar
berdo’a memohon kekuatan dan kesembuhan hanya kepada Allah Subhaanahu wata’ala
serta berwudhulah terlebih dahulu.
Bagian tubuh yang akan dibekam sebaiknya
ditutup dengan kain duk steril yang berlubang di bagian tengahnya sehingga
bekam cukup dilakukan di daerah tersebut sedangkan bagian lainnya ditutup
dengan kain agar pasien merasa nyaman dan tidak “risih”. Misalnya jika bekam
dilakukan didaerah paha, maka bagian paha kebawah (kaki) hendaknya ditutup
dengan selimut, jika dilakukan didaerah dada maka perut kebawah juga di tutup.
Disiapkan minuman air putih, madu
atau sari kurma untuk pasien, karena terkadang ketika sedang dibekam pasien
merasa haus dan untuk mengantisipasi jika pasien merasa lemas.
Bagi pasien yang baru pertama kali
dibekam cukup dengan 1-2 titik bekam.
Pasien wanita harus ditangani oleh
ahli bekam wanita dan pasien laki-laki oleh laki-laki. Untuk menjaga aurat maka
hindari membuka bagian tubuh yang tidak perlu.
Posisi pasien dan ahli bekam harus
nyaman agar pasien lebih rileks dan bagi yang membekam bisa lebih mudah dan
optimal dalam mencapai titik-titik yang akan dibekam.
f.1. Posisi berbaring miring; untuk
membekam titik pada bagian samping kaki atau tungkai.
f.2. Posisi terlentang; untuk
membekam titik pada daerah muka, leher, dada, perut dan tungkai depan.
f.3. Posisi telungkup; untuk
membekam titik di tengkuk, punggung, pinggang dan tungkai bagian belakang.
f.4. Posisi duduk di kursi dengan
kepala menengadah dan kepala bagian belakang bersandar pada sandaran kursi;
untuk membekam wajah, kepala, dagu dan leher bagian depan.
f.5. Posisi duduk di kursi dan
meletakkan kedua tangannya di meja sambil menopang dagu ; untuk membekam kepala
dan wajah.
f.6. Posisi duduk di kursi dengan
kedua lengan lurus kedepan dan diletakkan diatas meja ; untuk membekam daerah
tangan dan lengan, tengkuk, leher samping, bahu, punggung dan pinggang.
f.7. Posisi duduk di kursi dengan
kepala telungkup miring diatas meja; untuk membekam titik di samping kepala dan
wajah serta leher bagian samping.
Sebenarnya kapan saja anda dibekam
maka tidak menjadi masalah, akan tetapi untuk dan mengurangi efek samping maka
disarankan anda makan 3-4 jam sebelum di bekam, karena jika perut anda kosong
(puasa) terkadang menyebabkan pusing/lemas.
Sebaliknya apabila anda dalam
kondisi perut penuh makanan atau hanya berselang 1 jam setelah makan kemudian
anda dibekam maka beberapa pasien mengeluh mual atau muntah. Hindari berjima’
sebelum bekam, apalagi sesudahnya karena akan menguras banyak energi.
LANGKAH KELIMA : MELAKUKAN BEKAM
Berikut adalah tehnik bekam yang
menggunakan metode sayatatan (syartoh) sebagaimana dalam hadits dari Sa’id bin
Jubair, dari Ibnu Abbas, Rosulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Kesembuhan itu ada dalam tiga hal; yaitu minum madu, syartoh(sayatan) alat
bekam, dank ay. Namun aku melarang ummatku melakukan kay” (Riwayat Bukhari
dalam Ath-Thibb No.5680 dan 5681 Bab III : Asy-Syifa’ fii Tsalaatsin).
Mulai dengan do’a dan mensterilkan
bagian tubuh yang akan dibekam dengan desinfektan (misalnya. Iodin)
Dilanjutkan dengan penghisapan kulit
menggunakan “kop/gelas” bekam, kekuatan penghisapan pada setiap pasien
berbeda-beda. Lama penghisapan selama 5 menit, tindakan ini sekaligus berfungsi
sebagai Anestesi (pembiusan) lokal. Diutamakan mendahulukan bagian tubuh
sebelah kanan dan jangan melakukan penghisapan lebih dari 4 titik bekam
sekaligus.
Dengan menggunakan pisau bedah
standar kemudian dilakukan syartoh /penyayatan (jumlah sayatan 5-15 untuk satu
titik tergantung diameter kop yang dipakai, panjang sayatan 0,3-0,5 cm, tipis
dan tidak boleh terlalu dalam, dilakukan sejajar dengan garis tubuh). Salahsatu
tanda bahwa sayatannya baik adalah sesaat setelah disayat, kulit tidak
mengeluarkan darah akan tetapi setelah disedot dengan alat maka darahnya baru
keluar.
Lakukan penghisapan kembali dan
biarkan “darah kotor” mengalir di dalam kop selama 5 menit.
Bersihkan dan buang darah yang
tertampung dalam kop dan jika perlu bisa lakukan penghisapan ulang seperti
tadi. Tidak boleh dilakukan pengulangan sayatan.
Bersihkan bekas luka dan oleskan
minyak habbatus sauda yang steril. Umumnya bekas bekam akan hilang setelah 2-5
hari.
Ucapkan Alhamdulillah dan rasakan
keajaiban “mukjizat” medis bekam.
Istirahatlah secukupnya setelah
berbekam, lebih baik lagi tidur. Minumlah air putih, madu, sari kurma atau teh
manis untuk mempercepat pemulihan. Jika ingin makan, usahakan lebih dari satu
jam sesudahnya dan menghindari makan asam, pedas, mie dan minuman
bersoda/berkarbonase. Hindari pula untuk melakukan jima’ setelah bekam.
Anda boleh bahkan dianjurkan mandi
setelah 2 jam melakukan bekam. Sebaiknya menggunakan air hangat untuk
mempercepat proses pemulihan. Hindari untuk menggosok bekas sayatan bekam
dengan sabun secara berlebihan karena selain terasa perih juga akan memperlambat
proses penyembuhan luka.
Umumnya bekas bekam akan hilang
dalam waktu 3 hari sampai 1 minggu setelah bekam tergantung bentuk dan warna
yang ditinggalkan. Untuk mempercepat hilangnya lebam bekas bekam maka cukup
dikompres dengan air hangat.
Harapan kami bagi yang sedang
belajar bekam ataupun sudah ahli dalam bekam untuk tidak meninggalkan
pengobatan medis secara “frontal” . Sangatlah indah apabila pengobatan bekam
(hijamah) dapat bersinergi dengan pengobatan medis modern.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar